Sabtu, 13 Mei 2017

LAPORAN PRAKTIKUM GEOGRAFI TANAH

PENGAMATAN SIFAT FISIKA TANAH, KIMIA TANAH, DAN BIOLOGI TANAH
DI DESA BOTUMOPUTI, KECAMATAN TIBAWA, KABUPATEN GORONTALO,
PROVINSI GORONTALO

Disusun Oleh
Nama        : YEMIMA OTOLUWA
Nim           : 451 416 012
Kelas         : B
Kelompok : 3 (Tiga)




                                                                                                                       




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2017


KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas limpahan rahmat dan inayah-Nyalah sehingga saya memperoleh kekuatan dan kesehatan  dalam menyelesaikan penyusunan laporan akhir ini dengan judul kegiatan “Praktikum Geografi Tanah” tepat pada waktunya.
Laporan ini merupakan hasil akhir dari Praktikum Kerja Lapangan Mahasiswa Prodi Geografi 2015. Di dalam laporan ini terdapat pengenalan serta pengetahuan mengenai Geografi Tanah dan pengenalan beberapa alat praktikum serta fungsi dan prinsip kerjanya.
Dalam penyusunan laporan ini saya menyadari bahwa isi yang terkafer dalam laporan akhir ini masih terdapat banyak kekeliruan, baik dari segi sistematika maupun konsepsi keilmiahannya. Sehingganya saya berharap kepada para pembaca yang budiman kiranya dapat memberikan kritikan maupun saran yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan penyusunan laporan pada masa-masa selanjutnya.
Akhir kata, semoga bantuan dan petunjuk yang telah di berikan oleh berbagai pihak memperoleh imbalan yang setimpal serta memperoleh rahmat dan hidayah dari allah swt.
Wassalam..



Gorontalo,  Mei 2017



              Yemima Otoluwa


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar belakang
Geografi adalah ilmu yang mempelajari segala fenomena atau gejala alam, gejala sosial serta faktor yang menimbulkan gejala tersebut, kemudian melakukan penafsiran tentang hubungan antara manusia dengan alam. Ruang lingkup geografi dapat dibedakan atas ruang lingkup kajian fisik dan kajian sosial. Salah satu ilmu yang mempelajari tentang tanah adalah geografi tanah. Geografi tanah sendiri merupakan ilmu tentang penyebaran jenis-jenis tanah secara geografis dan dikaitkan dengan faktor-faktor pembentuk tanahnya ,dan kajian yang dilakukan saat praktikum geografi tanah adalah mulai dari keadaan di sekitar tanah,lereng, tekstur, struktur, konsistensi,keasaman tanah, kandungan bahan organik, serta kandungan kapur di dalam tanah. Dalam geografi tanah tidaklah hanya memepelajri teori-teori tentang tanah saja, melainkan juga dituntut untuk adanya praktik langsung guna bisa membuktikan langsung tentang jenis-jenis tanah yang ada.
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian padat yang tidak terikat antara satu  dengan  yang  lain  (diantaranya  mungkin  material  organik)  dan rongga-rongga  diantara  bagian-bagian  tersebut  berisi  udara  dan air. (Verhoef, 1994). proses pembentukan dan keberadaan tanah sangat dipengaruhi oleh faktor alam yang lain, seperti batuan induk, iklim, topografi atau relief, vegetasi atau organisme, waktu, dan manusia. Seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia semakin berubah, hal ini didominasi oleh pemanfaatan yang tidak sesuai aturan yang berwawasan lingkungan sehingga kurang memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut. Untuk itu, penting bagi kita sebagai bagian dari masyarakat negeri ini untuk mengenal keadaan tanah yang ada di sekeliling kita. Tentunya agar pemanfaatan tanah yang sangat penting itu dapat disesuaikan dengan potensi dan kemampuan tanah yang dimilikinya.


1.2    Rumusan masalah

1.    Bagaimana keadaan profil tanah di Desa Botumoputi?
2.    Bagaimana keadaan tekstur tanahnya ?
3.    Bagaimana struktur tanah di masing-masing horizon ?
4.    Bagai mana keadaan konsistensi tanah yang ada di lokasi praktikum ?
5.    Bagaimana cara menggunakan alat infiltrometer  digital?
6.    Bagaimana mengidentifikasi keadaan PH tanah dilokasi praktikum?
7.    Bagaimana cara menggunakan alat soil tester ?

1.3    Tujuan

1.    Mengamati dan meneliti keadan profil tanah di desa botumoputi
2.    Mengetahui keadaan tekstur tanah di desa botumoputi
3.    Mengamati dan meneliti struktur tanah di masing-masing horizon
4.    Mengetahui keadaan konsistensi tanah yang ada di lokasi praktikum
5.    Mengetahui cara menggunakan alat infiltrometer digital
6.    Menentukan serta mengetahui keadaan PH tanah dilokasi praktikum
7.    Mengetahui cara menggunakan alat soil tester

1.4    Manfaat penulisan
Adapun manfaat dari praktikum ini yaitu sebagai pengaplikasian materi pada mata pelajaran geografi, pengaplikasian keterampilan dalam memahami konsep geografi. agar dapat mencocokan teori yang telah didapatkan di dalam pembelajaran kelas dengan data yang di dapatkan di lapangan sehingga dapat berguna bagi diri sendiri dan masyarakat, Serta Membantu dalam pengambilan keputusan tentang  penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah di Desa Botumoputa, Kecamatan Tibawa, Kota Gorontalo. 3. Pemerintah juga bisa melakukan pemetaan karakter tanah untuk efektivitas program-progam yang dilaksanakan oleh pemerintah itu sendiri.

1.5    Lingkup kajian
Ilmu tanah mempelajari tanah pada satu wilayah kecil saja, menyangkut apa yang ada di dalam tanah itu dan interaksinya dengan lingkungan dan makhluk hidup. Misalnya, di dalam tanah suatu wilayah yang telah ditetukan, terdapat kandungan unsur hara tertentu dan didiami oleh serangga tertentu yang terkait dengan vegetasi yang ada di atasnya. Selain itu juga dalam ilmu tanah dipelajari sifat fisik dan kimia tanah. Sifat fisik tanah misalnya kelembaban, porositas, dan sebagainya. Sifat kimia tanah misalnya pH tanah, kandungan kimia terikat dan terlarut, dan sebagainya. Adapun lingkup kajian dari laporan geografi tanah dalah sebagai berikut :
2.1.1   Acara I (Sifat Fisik Tanah)
1.      Profil dan horizon tanah
2.      Tekstur tanah
3.      Struktur tanah
4.      Konsistensi tanah
5.      Infiltrasi tanah
2.1.2   Acara II (Sifat Kimia Tanah)
1.    pH tanah
2.    pH dan Kelembaban tanah
2.1.3   Acara III (Sifat Biologi Tanah)
1.    Ketebalan solum
2.    Zona Perakaran

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1    Waktu dan tempat praktikum
Praktikum  ini  telah  dilaksanakan  pada 22 april 2017 dari pukul 07.30 hingga 12.00 wita. Kemudian pada tanggal 29-30 april dilakukan praktikum di labolatorium teknik sipil UNG untuk pengolahan sampel tanah yang telah di ambil.  Pengambilan sampel  tanah  dilakukan  di  Desa Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yang berada di titik koordinat 00 ͦ 39’ 64,4” LU dan 122 ͦ 52’ 05,9” LS. Pengolahan data dilakukan di labolatorium Geografi UNG.

3.2    Alat dan bahan praktikum
3.2.1   Alat dan bahan kegiatan I (Profil dan horizon tanah)
1.    Alat tulis menulis
2.    Roll meter 50 meter
3.    Sekop
4.    Parang
5.    Tali
6.    Lembar observasi
7.    Baterai alkalin
8.    Plastic sampel
9.    Spidol permanen
10.                        Kamera
11.                        Lembar observasi
12.                        Papan klip
3.2.2        Kegiatan  II (Tekstur tanah)
1.    ATM
2.    GPS
3.    Air
4.    Plastik sampel ukuranbesar
5.    Sampel tanah tidakutuh
6.    Sekop linggis
7.    Spidol permanen
3.2.3   Kegiatan  III (struktur tanah)
1.    Alat tulis menulis
2.    Gps
3.    Sekop
4.    Sampel tanah
3.2.4   Kegiatan IV (konsistensi tanah)
1.    Alat tulis menulis
2.    Gps
3.    Infiltrometer
4.    Air
3.2.5   Kegiatan V
1.    Alat tulis menulis 
2.    GPS 
3.    Infiltrometer Digital/Double Ring Infltrometer 
4.    Air 
3.2.6   Kegiatan I (pH tanah)
1.    ATM (buku tulis, pulpen, papan alas) 
2.    GPS 
3.    pH indikator 
4.    Air 
5.    Gelas Aqua 
6.    Sampel Tanah 
3.2.7   Kegiatan II (pH dan Kelembaban tanah)
1.    ATM (buku tulis, pulpen, papan alas)
2.    GPS 
3.    Soil Tester 
3.2.8   Kegiatan I (Ketebalan Solum)
1.    Alat tulis menulis 
2.    Global Positioning System
3.    Roll meter 
4.    Perangkat pembuat profil tanah (cangkul, sekop, belati) 
3.2.9   Kegiatan II (Zona Perakaran)
1.    Alat tulis menulis 
2.    Global Positioning System
3.    Roll meter 
4.    Perangkat pembuat profil tanah (cangkul, sekop, belati) 

3.3         Teknik Pengumpulan Data
3.3.1   Pengumpulan data kuantitatif ( di lapangan )
Teknik pengumpulan data kuantitatif dalam praktikum ini menggunakan teknik observasi yaitu metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan di mana praktikan mengambil sampel tanah dari lokasi praktikum yang nantinya akan diolah dilabolatorium
3.3.2   Pengumpulan data di laboratorium
Dikerjakan di laboratorium, di kenal sebagai analisa mekanik atau analisis granuler dengan cara pipet atau dengan cara hidrometrik. Untuk menentukan ukuran, jumlah dan komposisi partikel dalam tanah dilakukan analisis mekanik. Setelah diketahui komposisi berbagai ukuran partikel penyusun tanah, maka dapat diketahui sifat-sifatnya : berat atau ringannya tanah.

3.4    Teknik pengolahan data
3.4.1   Pengolahan data di lapangan
Dalam praktikum yang telah dilaksanakan ini menggunakan teknik pengolahan data kuantitatif yang memungkinkan kita melakukan kolerasi antara sebab dengan data yang di ambil. Dimana dalam pengolahannya digunakan alat indra. Misalnya penglihatan, peraba, dan sebagainya.
3.4.2   Pengolahan data di laboratorium
Pengolahan data di laboratorium dilakukan dengan mengolah sample yang telah diambil di lokasi praktikum untuk mendapatkan data yang lebih rinci.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1.1    Deskripsi Umum Lokasi Praktikum
Secara geografis Kabupaten Gorontalo terletak pada koordinat121ΒΊ59’-123ΒΊ02’ BT dan 0ΒΊ24’-1ΒΊ02’ LU dengan luas wilayah± 1.846,40 Km² terbagi dalam 17 Kecamatan dan 168 desa/kelurahan.
Batas-batas administrasi Kabupaten Gorontalo adalah sebagai berikut :sebelah Utara Kabupaten Gorontalo Utara,sebelah Timur Kabupaten Bone Bolango dan Kota Gorontalosebelah Barat Kabupaten Boalemo, dansebelah Selatan Teluk TominiKabupaten Gorontalo memiliki luas wilayah sebesar ± 1.846,40Km². Kondisi Kabupaten Gorontalo, sebagian besar datar, perbukitanrendah dan dataran tinggi, tersebar pada ketinggian 0 – 500 M di ataspermukaan laut. Sementara keadaan topografi didominasi olehkemiringan 15 – 40ΒΊ (45 – 46%) dengan jenis tanah yang seringmengalami erosi. Adapun jenis tanah di kabupaten gorontalo adalah jenis tanah Latosol. Kondisi dan struktur utama geologi adalah patahanyang berpotensi menimbulkan gerakan tektonik, menyebabkan rawanbencana alam seperti gempa bumi, gerakan tanah, erosi, abrasi,gelombang pasang, pendangkalan dan banjir.Sebagaimana daerah-daerah lain di Indonesia, KabupatenGorontalo mengalami dua musim, yakni musim kemarau dan musimhujan. Rata-rata curah hujan setiap tahun berkisar 1500 mm/tahun.Sedangkan suhu rata-rata 31,80 C dengan temperatur maksimal 32,90.

1.2    Deskripsi Lokasi Pengamatan
Lokasi praktikum geografi tanah berlangsung di desa Botumoputi, Kec. Tibawa, Kabupaten Gorontalo tepatnya berada di titik koordinat 00˚ 39’ 46,4” LU dan 122˚ 52’ 05,9” LS. Lokasi praktikum geografi tanah ini berada di pinggir jalan yang masih sementara masa pembangunan, dan juga terdapat aktifitas pembangunan. Karena sementara dalam masa pembangunan, maka bentuk lahan di lokasi pengamatan telah berubah menjadi bentuk lahan antropogenik. Di lokasi pengamatan juga didapatkan banyaknya batuan kapur, sehingga lahan sangat gersang.
1.3    Hasil dan Pembahasan
1.3.1   Sifat Fisik Tanah
a.    Profil dan Horizon Tanah
Lokasi Kegiatan         : Desa Botumoputi Kec. Tibawa
Koordinat Lokasi       : N : 00° 39’ 51.3’’. E : 122° 52’ 00.9’’.
Elevasi                        : 108 m
Kemiringan Lereng    : 85
Waktu                         : 09.30
Bentuk Lahan             : Struktural
Penggunaan Lahan     : Perkebunan

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Profil dan Horizon Tanah
Horizon
Parameter Dilapangan
Ketebalan (cm)
Deskripsi masing - masing Horizon
O
40 cm
Horizon bagian atas, Lapisan tanah organik yang terdiri dari humus daun, sisa - sisa tanaman masih terlihat berupa guguran dedaunan. Berwarna gelap kehitaman.
A
90 cm
Horizon ini tersusun oleh campuran bahan organik dan bahan mineral. Horizon A berwarna gelap kecoklatan.
B
80 cm
Horizon Iluvial atau horizon pengendapan sehingga terjadi akumulasi dari bahan - bahan yang tercuci dari horizon diatasnya. Horizon ini tampak berwarna ciklat terang.
C
10 cm
lapisan tanah penyusunnya masih serupa dengan batuan induk atau belum terjadi perubahan. Horizon ini tampak kasar, lebih terang dari pada horizon B.


Dari hasil pengamatan yang di lakukan mengenai profil tanah di daerah botumoputi didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel  4.1 . Profil tanah yang diamati mempunyai ketinggian 2,2  meter  yang terdiri dari empat horizon tanah  yaitu horizo O, horizon A horizon B dan horizon C. Masing-masing horizon memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Horizon O memiliki ketebalan 40 cm dengan warna yang agak gelap karena merupakan hasil pelapukan seresah - seresah tanaman. Perakaran masih sangat jelas pada horizon ini, karna tanaman tumbuh tepat di atas horizon ini. Horizon A memiliki warna yang gelap karena memiliki kandungan bahan organik yang sangat tinggi karena merupakan hasil pelapukan bahan oganik yang ada di atasnya. Ketebalan horizon ini yaitu  90 cm  serta perakaran pada lapisan ini masih nampak karena pada lapisan ini masih dapat dijangkau dengan perakaran vegetasi yang ada di atasnya. Horizon B memiliki warna agak kekuning-kuningan dengan ketebalan 80 m dan agak terang karena merupakan hasil eluviasi atau pencucian dari lapisan yan ada di atasnya. Horizon C berwarna coklat muda dan merupakan batuan batuan yang cukup besar karena pelapukan pada lapisan ini belum sempurna. Tekstur dari lapisan ini sangat kasar karena masih dalam bongkahan batu yang bentuknya hampir sama dengan batuan induk.

b.    Tekstur tanah
Lokasi Kegiatan     : Desa Botumoputi Kec. Tibawa
Koordinat Lokasi   : N : 00° 39’ 51.3’’. E : 122° 52’ 00.9’’.
Waktu                    : 10.35

Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Tekstur Tanah di Lapangan
NO
Horizon
Terasa Pasiran
Licin dan Lengket
Pasir
Pasir bergeluh
Geluh pasir
Geluh pasir
Geluh
Geluh lempung berdebu
Geluh berlempung
Lempung
1
O
-
ΓΌ
-
-
-
-
-
-
2
A
-
-
ΓΌ
-
-
-
-
-
3
B
-
-
-
-
-
-
ΓΌ
-
4
C
-
-
ΓΌ
-
-
-
-
-


Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka di dapatkan bahwa horizon O mempunyai tekstur tanah pasir bergeluh. Geluh merupakan tanah dengan komposisi pasir, debu, dan lempung dalam jumlah yang relatif seimbang. Pada horizon A memiliki Tekstur lapisan yang agak kasar atau geluh berpasir. Tekstur lapisan horizon B yaitu terasa sedikit berpasir dan agak lempung serta becampur dengan batu kapur. Sedangkan tekstur dari horizon C memiliki Tekstur geluh berpasir yang  sangat kasar karena masih dalam bongkahan batu yang bentuknya hampir sama dengan batuan induk. Hal ini sesuai dengan pendapat Hardjowigeno (1987) yang menyatakan bahwa di lapangan, tekstur tanah dapat ditentukan dengan memijit tanah diantara jari-jari, sambil dirasakan halus dan kasarnya yang dirasakan adanya butir-butir pasir, debu dan liat.
Selanjutnya dilakukan pengamatan tekstur tanah di laboratorium untuk dapat mengklasifikasikan tekstur kedalam segitiga klasifikasi tekstur tanah menurut USDA. Adapun hasil yang didapatkan yaitu, horizon O memiliki kandungan pasir sebesar 80%, lanau 20%, dan lempung 0%. Sehingga dapat dikategorikan sebagai pasir berlempung. Untuk horizon A, memiliki kandungan pasir sebesar 60%, lanau 40%, dan lempung 0%. Sehingga dapat dikategorikan sebagai lempung berpasir. Untuk horizon B memiliki kandungan pasir sebesar 30%, lanau 60%, dan lempung 10%. Sehingga dapat dikategorikan sebagai lempung berlanau. Sedangkan untuk horizon C memiliki kandungan pasir sebesar 20%, lempung 20%, dan lanau 60%. Sehingga dapat dikategorikan sebagai lempung berlanau.
Tabel 4.3 pengamatan di labolatorium teknik sipil
No
Horizon
Fraksi
No. Saringan
Berat
Presentase (%)
1
O
 Sangat kasar
10,12,16
500 gr
73,6
kasar
30
500 gr
17,3
sedang
40,50
500 gr
6,9
halus
100
500 gr
0,0
sangat halus
200
500 gr
1,1
debu dan lempung
>200
500 gr
0,5
2
A
 Sangat kasar
10,12,16
500 gr
51,6
kasar
30
500 gr
17,3
sedang
40,50
500 gr
11,5
halus
100
500 gr
8,9
sangat halus
200
500 gr
4,6
debu dan lempung
>200
500 gr
4,8
3
B
Sangat kasar
10,12,16
500 gr
44,8
kasar
30
500 gr
15,9
sedang
40,50
500 gr
12,4
halus
100
500 gr
10,5
sangat halus
200
500 gr
8,1
debu dan lempung
>200
500 gr
7,4
4
C
Sangat kasar
10,12,16
500 gr
52,0
kasar
30
500 gr
12,4
sedang
40,50
500 gr
9,3
halus
100
500 gr
7,8
sangat halus
200
500 gr
4,8
debu dan lempung
>200
500 gr
13,5

Dari hasil pengamatan tanah dalam kondisi kelembapan basah diperoleh hasil bahwa horizon o memiliki konsistensi agak lekat karena memiliki struktur yang bergupal gumpal bahkan dalam keadaan basah horizon ini tidak dapat melekat dengan utuh. Horizon a dalam keadaan basah tidak dapat melekat dengan baik karena strukturnya banyak mengandung pasir sehingga ketika diberi air horizon ini tidak dapat melekat satu sama lain. Sedangkan untuk horizon b memiliki konsistensi tanah sangat lekat sehingga dalam keadaan basah horizon ini dapat dibentuk dan melekat satu sama lain. Dan untuk horizon a memiliki konsistensi tanah yang tidak plastis artinya pada saat basah tanah ini tidak melekat karena strukturnya yang keras namun masih terdapat partikel kecil yang membuatnya terasa lengket.

Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Kondisi Lembab
No
Horizon
Lembab
Sangat gembur
Gembur
Teguh
Sangat teguh
Luar biasa teguh
1
O
-
ΓΌ
-
-
-
2
A
-
-
ΓΌ
-
-
3
B
-
-
-
ΓΌ
-
4
C
-
-
ΓΌ
-
-

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, horizon o termasuk sebagai tanah yang gembur karena mengandung bahan organik dan dapat ditumbuhi oleh vegetasi. Sedangkan horizon a, ketika diberi sedikit air akan mudah terbentuk sehingga termasuk tanah yang teguh begitu pula dengan horizon c. Dan untuk horizon b termasuk konsistensi tanah yang sangat teguh karena banyak mengandung partikrl hals yang tercampur dengan kapur sehingga ketika diberi sedikit air akan mudah dibentuk.


Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Konsistensi Tanah Kondisi Kelembaban Kering
No
Horizon
Kering
Lepas
Lembek 
Keras
Agak keras
Sangat keras
Luar biasa keras
1
O
-
-
ΓΌ
-
-
-
2
A
ΓΌ
-
-
-
-
-
3
B
-
ΓΌ
-
-
-
-
4
C
-
-
-
-
ΓΌ
-

Berdasarkan hasil pengamatan konsistensi tanah kering yang dilakukan dengan cara meremas sampel tanah yang telah diambil. Dapat diketahui bahwa horizon o memiliki konsistensi tanah yang keras. Untuk horizon a termasuk tanah lepas dalam keadaan kering. Kemudian horizon b termsuk dalam tanah yang lunaksedangkan horizon c termasuk tanah yang sangat keras dalam keadaan kering.

e.    Infiltrasi tanah
Lokasi                      : Desa Botumoputi, Kecamatan Tibawa
Koordinat lokasi : 00˚ 39’ 51.3” LU dan 122˚ 52’ 00,9” LS
Elevasi                      : 108 m
Bentuk lahan : struktural
Pengunaan lahan : perkebunan

Tabel 4.8 Hasil Pengamatan Infiltrasi Tanah
No
Waktu
Jarak (mm)
1
3 Menit Pertama
55 mm
2
3 Menit Kedua
39 mm
3
3 Menit Ketiga
32 mm


Infiltrasi merupakan masuknya air dalam permukaan tanah. Perkolasi adalah masuknya air dalam tanah lebih dalam.Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pada 3 menit pertama turun sebanyak 55 mm. Kemudian didapatkan data pada 3 menit kedua sebesar 39 mm, pada 3 menit ketiga turun sebanyak 32 mm. Selanjutnya infiltrasi yang terbesar terdapat di 3 menit pertama karena pada permukaan ini tanahnya masih kering dan kelembapannya masih relatif sedikit sedangkan pada menit selanjutnya infiltrasi akan semakin berkurang karena kelembapan yang semakin kebawah semakin tinggi dan ukuran pori tanah akan semakin kecil Jika dilakukan pengamatan lebih lanjut, maka dapat dilihat berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai tanah mengalami kejenuhan.

1.3.2   Sifat Kimia Tanah
a.    pH tanah
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan pH tanah
No
Horizon
pH
1
O
8
2
A
7
3
B
7
4
C
7


Pada praktikum kali ini kami melakukan pengukuran pH tanah dari 4 jenis horizon tanah yang berbeda yaitu hurizon o, horizon a, horizon b, dan horizon c untuk mengetahui perbedaan tingkat pH dari contoh tanah yang diambil dari daerah praktikum.
Dilihat dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dari keempat jenis horizon  tanah yang memiliki pH kisaran 7-8 , horizon c,  horizon a dan horizon b memilikipH = 7, horizon tanah tersebut dikategorikan ke dalam pH netral. Sedangkan horizon 0 memiliki ph=8 yang artinya jika ph>8 maka dapat digolongkan sebagai tanah yang basa. Perbedaan ph ini di sebabkan oleh kandungan kimia yang ada di dalamnya Jika tanah tersebut tergolong basa maka tanah mengandung banyak unsur hara akan tetapi masih terikat dan tidak mudah tersedia untuk digunakan oleh tanaman. Nilai pH suatu tanah menentukan subur atau tidaknya suatu tanah. Dengan penentuan pH juga dapat menjadi patokan untuk memilih tanaman yang cocok pada tanah tertentu.

b.    pH dan Kelembaban Tanah
Lokasi Kegiatan                        : Desa Botumoputi Kec. Tibawa
Koordinat Lokasi                      : N : 00° 39’ 51.3’’. E : 122° 52’ 00.9’’.
Elevasi                                       : 108 m
Waktu                                        : 09.30
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan pH dan Kelembaban Tanah
Horizon
pH tanah
Kelembaban tanah
O
6,3
55%


Dalam mengukur ph dan kelembapan tanah dalam praktikum ini digunakan alat soil tester yang letakan dalam tanah. Tanah yang diukur yaitu horzon o yang memiliki ph tanah 6,3 yang bersifat asam serta memiliki kelembaban tanah sebesar 55 %.

1.3.3   Sifat Biologi Tanah
a.    Ketebalan Solum
Lokasi Kegiatan                   : Desa Botumoputi Kec. Tibawa
Koordinat Lokasi                 : N : 00° 39’ 51.3’’. E : 122° 52’ 00.9’’.
Waktu                                  : 11.00
Kedalaman solum tanah      : 1,7 m

Solum tanah merupakan bagian dari profil tanah dengan jarak tertentu yang berkembang akibat proses pembentukan tanah yang dapat meliputi horizon A dan horizon B. . Horizon A merupakan horizon mineral di permukaan tanah dan horizon B adalah horizon yang terbentuk di bawah horizon A. Dari hasil pengukuran yang dilakukan didapatkan ketebalan solum yaitu setebal 1,7 meter

b.    Zona Perakaran
Lokasi Kegiatan                   : Desa Botumoputi Kec. Tibawa
Koordinat Lokasi                 : N : 00° 39’ 51.3’’. E : 122° 52’ 00.9’’.
Waktu                                  : 11.00
Zona perakaran                    : Ada, dari horizon O - B

Zona perakaran merupakan tempat berdirinya tanaman dan sekaligus berfungsi sebagai media tumbuh tanaman. Lingkungan perakaran juga menjadi sumber air dan tempat tersimpannya nutrisi tanaman sebelum diserap oleh tanaman. Zona perakaran juga merupakan tempat berlangsungnya difusi oksigen ke akar. Dari hasil pengukuran pada saat praktikum didapatkan hasil yaitu ketebalan zona prakaran hingga horizon A yaitu 1,3 m.

 BAB V
PENUTUP
5.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum ini yaitu :
1.      Profil dari tanah yang diamat memiliki empat horizon yakni horizon O, horizon A, horizon B dan horizon C dan masing-masing horizon memiliki karakteristik yang berbeda-beda dari warna, tekstur, struktur, kelembaben dan ph. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu umur tanah, vegetasi, kandungan bahan organik, bahan induk, iklim dll
2.      Sifat fisik tanah yang diamati terdiri dari warna, tekstur, struktur, batas horizon dan kelembapan. Warna dari lapisan tanah terdiri dari agak gela, kekuning-kuningan dan coklat muda. Struktur secara umum berbentuk granular yang memiliki tekstur kasar dan berpasir
3.      Sifat kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah dan kelembaban dari setiap horizon yang berbeda. Jika ph kurang dari 7 maka tanah bersifat asam sedangkan ph lebih dari 7 merupakan sefat basah. Ph berperan penting terhadap tingkat kesuburan tanah

5.2  Saran
Adapun  saran saya untuk pemerintah yaitu untuk dapat mengambil keputusan yang bijak dalam penggunaan lahan dan rencana pengembangan wilayah botumoputi serta untuk menguasai dan mengembangkan disiplin ilmu yang dimiliki, dan untuk labolatorium dapat melengkapi semua peralatan dan bahan yang diperlukan sehingga mahasiswa mudah dalam mencari alat dan bahan yang diperlukan.


DAFTAR PUSTAKA

Anas, Iswandi. 1989. Biologi Tanah dalam Praktek. IPB, Bogor.
Bailey. 1986. Dasar-dasar ilmu tanah. Penerbit universitas lampung, Lampung
Bowles, E.J. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. PT. Erlangga. Jakarta.
Das, Braja M. 1995. Mekanika Tanah 1 . Erlangga. Jakarta. 
Darmawijaya, Isa M. 1990. .Klasifikasi Tanah. Gadjah Mada University.
Yogyakarta
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo. Jakarta.
Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 1998. Tanah dan Lingkungan. Jakarta: Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen P dan K
Soepardi, G. 1983. Sifat dan ciri tanah. Departemen ilmu-ilmu tanah. Fakultas pertanian IPB. Bogor
Tan, Kim H. 1991. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Yogyakarta: UGM Press
Sarief. 1979. Ilmu Tanah Umum. Bagian Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas
Padjajaran. Bandung.
Verhoef, PNW. 1994. Geologi Untuk Teknik Sipil. Erlangga. Jakarta.